Karena perhatian sang suami terhadapnya terasa menurun, seorang istri yang
telah tampak satu dua ubannya di kepala semakin prihatin. Kecemasan yang tak
lagi tertanggungkan olehnya ditumpahkannya kepada kedua orangtuanya dengan isak
tangis yang memilukan.
Ibunya yang telah sarat muatan itu berkata, 'Kalau engkau mau merebut hati
suamimu dengan cara yang pernah engkau gunakan sewaktu mudamu, sudah terang tak
akan membawa hasil.'
'Sebaiknya engkau mencoba belajar kepada matahari, bagaimana caranya
menampilkan diri pada waktu pagi, siang dan sore dalam kondisi yang senantiasa
mengagumkan, sehingga penduduk bumi ini tak pernah ada yang bosan terhadapnya!'
Hikmah di atas mengajari kita tentang nilai-nilai keluarga sakinah mawaddah
wa rahmah dengan memakai analogi matahari.
Matahari adalah lambang kerinduan. Kehadirannya tidak pernah membuat
penduduk bumi bosan terhadapnya. Malah, kehadirannya selalu dirindukan, 'Kapan
fajar esok menjelang ?'. Maka ayam pun ikut menabuh kendang pita suaranya,
berkokok bersahut-sahutan. 'Alhamdulillah, fajar tiba!'. Pekiknya kegirangan.
Lantas, jendela gelap peraduan pun dibuka lebarkan, menyongsong kehangatannya.
Sebaliknya dengan kepergian matahari, yang seolah menorehkan duka lara
[sande' olo], 'Matahari telah tenggelam, ayo bertandang pulang,' ajak istri
kepada suaminya; seru ibu kepada anak-anaknya.
Oh, betapa indah keluarga matahari. Suami selalu rindu matahari-istrinya.
Istri selalu kangen suami-mataharinya. Anak-anak merasa kegelapan tanpa
matahari-ayahbundanya.
Matahari selalu dirindukan karena matahari adalah lambang cinta yang
membebaskan. Matahari tahu cara menampilkan diri pada waktu pagi, siang dan
sore dalam kondisi yang senantiasa mengagumkan. Dipagi hari matahari membawa
kehangatan, disaat penduduk bumi sedang mabuk kerinduan; disiang hari matahari
menampakkan ketegarannya, disaat penduduk bumi sedang diburu nafsu
keputus-asaan; disore hari matahari menampilkan kelembutannya, di saat
penduduk bumi sedang dibius keperkasaan.
Matahari seolah hendak bertutur, bahwa cinta tidak boleh lekang oleh panas
dan tidak lapuk oleh hujan. Cinta tak sekedar tertumpu pada ornamen-ornamen
[wajah[cantik-tampan], seksualitas atau status sosial] tetapi lupa pada esensi
[ibadah, perpaduan dua insan dengan satu keunggulan dihadapkan satu kelemahan;
satu kelembutan dihadapkan pada satu keperkasaan atau tugas pewarisan generasi
unggul].
Itulah cinta yang membebaskan, yang tak tersekat oleh 'ruang dan waktu'.
Maka cinta pembebasan matahari hendak meruntuhkan mitos bahwa istri hanya
menarik dikala muda sedangkan suami hanya mempesona saat berharta-takhta. Maka
belajarlah pada matahari yang pesonanya bersemangat abadi; pagi, siang dan sore
selalu mempesona [muda menawan, tua juga; kaya mengagumkan, miskin juga; sehat
penuh simpati, sakit juga]. 'Ah .., aku cemburu pada bangunan kesetiaan
keluarga
matahari!'
Matahari selalu mengagumkan karena matahari adalah perlambang tebaran
rahmat. Matahari selalu memberi dengan tidak pernah berharap. Sinarnya menebar
manfaat bagi keseluruhan penjuru jagad. Lihatlah sinarnya yang konsisten
menerobos seluruh ruang kehampaan; memberi pencerahan pada setiap celah
kegelapan.
Belajar pada matahari berarti memberilah! jangan terlalu menuntut; bermanfaatlah,
jangan menjadi mudharat; mengasihilah, jangan mencelakai. Jangan engkau tuntut
suami diluar kewajarannya; jangan engkau minta istri melebihi kapasitasnya.
Lebih dari itu, tebarkanlah kelebihan rizki keluargamu untuk mereka yang
membutuhkannya. Jangan makan sendirian ditengah kubangan kelaparan; jangan
menjadi borjuis-kapitalis--menikmati keindahan hidup sendirian--di tengah
pergolakan perjuangan; jangan membangun istana diatas gubuk-gubuk kemiskinan.
Maka, matahari adalah contoh yang baik. Kepesonaannya tidak pudar oleh
sinarnya yang luas.
Energinya tidak habis, justru karena ia selalu sebarkan ke semesta raya.
'Oh..., kapan aku bisa jadi matahari ?'.
Matahari bisa menjadi rahmat, mempesona dan membuat rasa rindu, karena
matahari melakoni seluruh kausalitas yang diamanahkan Alloh. Ia taat pada
nilai-nilai sunatullah. Matahari tidak pernah terbit dari barat. Ia istiqomah.
Maka keluarga matahari telah memberi contoh bagaimana bangunan keluarga
sakinah mawaddah wa rahmah. Keluarga yang taat pada nilai-nilai, istiqomah pada
kebenaran, komitmen pada kausalitas pemberian Alloh.
Itulah keluarga, yang digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai baiti jannati
[rumahku surgaku], yang oleh 'keluarga cemara' disyairkan dalam lirik puitis
ini: harta yang paling berharga adalah keluarga / istana yang paling indah
adalah keluarga / puisi yang paling bermakna adalah keluarga / mutiara tiada
tara adalah keluarga.