Kamis, 07 Desember 2017

Leadership




Begitu berartinya sebuah kepemimpinan, ia mengajariku akan banyak hal dalam kehidupan. Bicara tentang kepemimpinan, aku teringat kisah pada masa Rosulullah saat dimana beliau hendak menghembuskan nafas terakhirnya, para sahabat disekelilingnya benar-benar gelisah tentang siapa yang hendak menggantikan kepemimpinan rosulullah . Betapa khawatirnya mereka apabila umat islam ini hidup dalam ketiadaan kepemimpinan. Sungguh mereka tidak akan pernah rela sedetikpun umat ini hidup tanpa seorang pemimpin atau dalam islam disebut khalifah.
           
Masyaallah... betapa urgentnya kepemimpinan dalam islam. Ia bak urat nadi kehidupan kaum muslimin. Yang tanpa detakannya berarti tiada. Mungkin aku terlalu berlebihan dalam mendefinisikan, namun memang itulah fakta yang terjadi jika kita membaca sejarah terdahulu. Betapa para sahabat gusar dan terus menerus mengadakan rapat tentang siapakah orang yang pantas menggantikan Rosulullah . Rasanya mustahil ada manusia seperti beliau, namun bagaimanapun juga para sahabat terus mengupayakan hal itu, dan mencari-cari calon pemimpin yang pantas menggantikan Rosulullah .
            Siapa yang menyangka bahwa besan Rosulullah sendirilah yang pantas menggantikan posisi beliau. Ya, dialah Abu Bakar sosok setia sahabat Rosulullah . Orang yang senantiasa menemani Rosulullah hijrah. Orang yang setia menemani disaat duka dan lara. Itulah sosok agung yang para sahabat memba’iat untuk menjadi pimpinan kaum muslimin.
            Kepemimpinan adalah sunnah kehidupan, katika ada seorang pemimpin, berarti ada juga yang dipimpin. Dan dalam roda kehidupan ini pasti kita akan merasakan keduanya. Oleh karenanya kita bisa lebih bijaksana dalam menyiasati kehidupan, ketika kita menjadi seorang pemimpin maka jadilah pemimpin yang berjiwa lapang dan sabar. Karena hakikatnya apa-apa yang kita pimpin adalah sebuah tanggung jawab besar fiddunyaa wal akhirah.
            Ingatlah selalu, dunia ini adalah ladang ujian. Jadikanlah setiap ujian yang menerpa diri kita sebagai pundi-pundi amal sholih untuk kehidupan kita selanjutnya. Karena kelak tak akan ada lagi hal yang dibanggakan menjadi seorang pemimpin. Yang ada hanyalah habisnya amalan-amalan kita disebabkan kedzaliman-kedzaliman yang kita perbuat ketika kita memimpin.
            Untuk itu hendaknya ketika menjadi seorang pemimpin menyiapkan hati yang ikhlas dan jiwa yang tangguh untuk menghadapi segala rintangan-rintangan yang akan kita hadapi selanjutnya. Jadilah pemimpin yang melayani rakyatnya bukan malah menyusahkan rakyatnya. Pemimpin itu Pelopor kebaikan! Jadi apa-apa yang kita perintah hendaknya kitalah yang harus terlebih dahulu melakukannya. Sebagaimana kisah Rosulullah mengeluhkan kepada istrinya Ummu Salamah tentang sikap para sahabat yang enggan mengerjakan apa-apa yang beliau perintahkan (mencukur dan menyembelih kambing). Namun, berkat ide briliant dari seorang istri yang cerdik memerintahkan agar Rosulullah mencukur rambutnya dan menyembelih kambingnya terlebih dahulu. Ternyata ketika beliau keluar rumahnya, tanpa bicara sepatah katapun beliau mencukur rambutnya kemudian menyembelih seekor kambing. Sontak seketika para sahabat mngikuti apa-apa yang beliau kerjakan. Subhanallah... inilah kekuatan PERBUATAN dibandingkan hanya sekedar PERKATAAN.
            Kisah diatas merupakan kisah yang harus menjadi rujukan setiap para pemimpin. Ingatlah... bahwa meskipun kalian telah melakukannya namun tidak ada seorangpun yang peduli apalagi mengikutinya, tapi hakikatnya mata hati mereka melihat dan mengingat akan hal itu. dan itu menjadi hal yang tidak akan pernah mereka lupakan. Sebab keteguhan dan kebenaran perkataan itu dinilai dari seberapa teguhnya ia melakukan apa yang ia katakan. Wallahu a’lam bis showab
             

_Resolusi_

     Menjelang akhir tahun ini setiap orang pasti memiliki resolusi, ya memang resolusi ini dianggap penting apalagi pada moment-moment saat...