Oleh: Abu Abdi `r-Rohman Al-Atsari/ 1424 H
Bismillahirrohmanirrohim
Segala
puji bagi Alloh, robb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan
kepada nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan shahabat-shahabat beliau, serta
orang-orang yang mengikuti jejak dan sunnah-nya hingga hari kiamat.
Amma ba‘d…
Inilah
risalah yang kutujukan kepada saudaraku, penuntut ilmu: Assalamualaikum wa
rohmatulloh wa barokatuh…
·
Wahai
penuntut ilmu, inilah kalimat-kalimat dan wasiyat-wasiyat, aku menulisnya
sebagai peringatan dan nasehat untukmu, serta sebagai pembebasan tanggunganku
nanti. Aku memohon kepada Alloh k semoga risalah ini sampai kepadamu ketika
engkau dalam kondisi mendapatkan nikmat, kesejahteraan dan kesehatan paling
sempurna.
·
Wahai
penuntut ilmu, hati-hati, janganlah engkau mencari ilmu demi meraih jabatan
atau tujuan duniawi. Sebab terdapat sebuah hadits shohih dari Nabi n bahwa
beliau bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ
الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ تَعِسَ
وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيْكَ فَلاَ انْتَقَشَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba
dirham, celakalah hamba pakaian, celakalah hamba busana, celaka dan amat
buruklah ia, dan bila tertusuk duri tidak bisa tercabut lagi…dst hingga akhir
hadits.”
Alloh ta'ala
berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ اْلحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيْهاَ وَهُمْ فِيْهاَ لاَ
يُبْخَسُوْنَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, Kami penuhi baginya amal usaha mereka di dalamnya dan mereka
tidak dirugikan sama sekali.” (QS.
Hud: 15)
Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahhab telah meletakkan sebuah bab dalam Kitab
Tauhid beliau kaitannya dengan ayat ini: Bab Termasuk Syirik; Ketika
Seseorang Beramal Karena Menginginkan Dunia.
Kemudian,
Syaikh Abdurrohman bin Hasan menjelaskan bab ini buku Syarah Kitab Tauhidnya
yang berjudul Qurrotu ‘Uyuni `l-Muwahhidin, beliau rohimahulloh berkata,
“Contoh dari ini adalah imam-imam masjid, para pengajar, dan mujahidin, yang
bekerja dalam rangka memperoleh imbalan dari jihad yang ia lakukan.”
Maka,
berhati-hatilah dari ini, semoga Alloh memberi aku dan engkau anugerah berupa
keikhlasan.
·
Wahai pencari
ilmu, ketika engkau mencari ilmu, niatkanlah itu untuk menghilangkan kebodohan
dari dalam dirimu, sehingga engkau beribadah kepada Alloh atas dasar ilmu yang
terang. Selanjutnya, niatkan untuk menghilangkan kebodohan dari umat ini,
supaya nantinya engkau ajarkan kepada mereka agama Alloh ta'ala.
·
Wahai
penuntut ilmu, ketahuilah, menghafal Al-Quran memang berpahala dan merupakan
satu keutamaan. Akan tetapi, mengamalkannya adalah kewajiban yang harus engkau
laksanakan. Sesungguhnya kami melihat beberapa kaum di zaman sekarang, yang
menganggap menghafal Al-Quran adalah kewajiban, sementara mengamalkannya adalah
keutamaan. Maka, hindarilah sikap seperti ini. Sesungguhnya orang-orang seperti
ini telah menihilkan banyak sekali nash-nash syar‘i.
Aku
ingatkan engkau dengan perkataan seorang shahabat rodloyallohu 'anhu yang
mengatakan: “Kami belajar 10 ayat dari Al-Quran, kami tidak melewatinya sebelum
kami memahami dan mengamalkannya.”
Sungguh,
beruntunglah para shahabat.
·
Wahai
penuntut ilmu: Hindarilah, sekali lagi hindarilah, hindari betul sikap taklid.
Sebab taklid adalah penyakit yang mematikan. Berpeganglah kepada
Al-Quran dan sunnah serta pemahaman salafus sholeh, meskipun manusia tidak
menerimamu.
Imam
Syafi‘i rohimahulloh berkata,
أَجْمَعَ اْلعُلَمَاءُ سَلَفاً وَخَلَفاً أَنَّ
مَنِ اسْتَبَانَتْ لَهُ سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ لاَ يَجُوْزُ أَنْ يَتْرُكَهَا
لِقَوْلِ أَحَدٍ
“Para
ulama, baik salaf maupun kholaf, sepakat bahwa siapa yang telah mengetahui
dengan jelas sebuah sunnah Rosululloh n, maka ia tidak boleh meninggalkannya
lantaran perkataan seseorang.”
·
Wahai
penuntut ilmu, hindarilah sifat mengkultuskan para tokoh atau
mengagung-agungkan mereka. Hendaknya pengagungan terhadap Kitab Alloh dan
sunnah Rosul-Nya lebih engkau dahulukan daripada orang lain, siapapun dia.
Jangan terlalu terpaku dengan nama dan sebutan-sebutan.
·
Wahai
penuntut ilmu, jauhilah sifat ‘ujub terhadap diri sendiri dan ghurur
(besar hati). Sebab itu adalah biang kebinasaan orang-orang sholeh.
·
Wahai
penuntut ilmu, ketahuilah, tugas paling penting dan kewajiban paling besar
adalah tauhid. Maka konsentrasikanlah sebagian besar perhatianmu kepada urusan
ini. Pelajari tauhid, baik secara ilmu, amal, dan dakwah. Sebab sebagian besar
dakwah panutanmu –Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam— adalah
untuk urusan tauhid.
·
Wahai
penuntut ilmu, bersikap jujurlah kepada saudara-saudaramu sesama pencari ilmu.
Sesungguhnya aku telah menyaksikan ada beberapa orang penuntut ilmu yang sudah
terbiasa berdusta dan terkenal suka menipu. Kami melihat mereka menghadapi
suatu kaum dengan satu wajah, kemudian menghadapi kaum lain dengan wajah yang
lain. Mereka mengatakan suatu perkataan kepadamu, lalu mengatakan kepada
saudara-saudaramu yang lain dengan perkataan yang berbeda. Di sini ia mendukung,
di sana ia mengingkari. Maka, hindarilah mereka, jangan bermajelis dengan
mereka, sebab teman duduk itu akan berpengaruh terhadap dirimu.
·
Wahai
penuntut ilmu, sesungguhnya medan-medan jihad kehilangan orang sepertimu,
kamp-kamp tadrib mencari-cari orang macam dirimu. Lantas, di manakah
engkau? Kenapa tidak membela orang-orang tertindas?
·
Wahai
penuntut ilmu, sesungguhnya orang-orang di sekelilingmu melihatmu sebagai
tauladan. Maka jangan sampai sikap dudukmu menjadi penghambat mereka untuk
berangkat berjihad.
·
Wahai
penuntut ilmu, hati-hati, janganlah engkau mengemukakan berbagai alasan untuk
tidak berjihad yang itu tidak diterima, di mana kalaulah alasan itu diajukan
oleh shahabat Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wa sallam juga tidak
diterima. Bersikap jujurlah engkau, sesungguhnya Alloh senantiasa mengawasimu
dan mengetahui hal-hal yang tersembunyi.
·
Wahai
penuntut ilmu, di manakah engkau dari firman Alloh ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا مَا لَكُمْ
إِذَا قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوْا فيِ سَبِيْلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلىَ اْلأَرْضِ
أَرَضِِيْتُمْ بِاْلحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ اْلآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ اْلحَيَاةِ
الدُّنْيَا فيِ اْلآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيْلٌ إِلاَّ تَنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ
عَذَاباً أَلِيْماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوْهُ شَيْئاً
وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, mengapakah apabila dikatakan kepada kalian:
Berangkatlah berperang di jalan Alloh, kalian malah merasa berat dan condong ke
bumi? Apakah engkau lebih suka kehidupan dunia daripada akhirat? Tidaklah
kehidupan dunia dibandingkan akhirat itu kecuali sedikit saja. Jika kalian
tidak keluar berperang, Alloh akan mengazab kalian dengan azab yang pedih serta
mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan kalian sama sekali tidak bisa membahayakan
mereka. Dan Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.
At-Taubah: 38, 39)
Dan
firman Alloh ta'ala:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا
بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَالِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن
كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Keluarlah
berperang, baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan berjihadlah di jalan
Alloh dengan harta dan nyawa kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian
jika kalian mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
·
Wahai penuntut ilmu, ketahuilah bahwa
keberanian memiliki andil yang besar ketika itu adalah pada diri orang yang
berilmu. Maka, jadilah orang yang berani menyatakan kebenaran apa adanya,
jangan berkompromi dengan siapapun.
Ketahuilah –semoga Alloh ta'ala
senantiasa menjagamu dari apa saja yang tidak menyenangkan—bahwa sekedar
menyembunyikan kebenaran dan diam tidak menyampaikannya merupakan perbuatan
yang pelakunya mendapat ancaman di sisi Alloh. Bahkan ia divonis mendapatkan
laknat, La Haula wa La quwwata illaa bil-Lah. Lantas, bagaimanakah
dengan orang yang mengucapkan kebatilan?
Dan aku ingatkan engkau dengan firman Alloh ta'ala:
وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثاَقَ الَّذِيْنَ
أُوْتُوْا الْكتِاَبَ لَتُبيِنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلاَ تَكْتُمُوْنَهُ فَنَبَذُوْهُ
وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَبِئْسَ مَا
يَشْتَرُوْنَ
“Dan ingatlah ketika Alloh mengambil janji
dari orang-orang yang diberi kitab: Hendaklah kalian menyampaikannya kepada
manusia dan jangan menyembunyikannya. Lantas mereka membuang janji tersebut dan
menukarnya dengan harga yang sedikit. Sungguh, teramat buruklah apa yang mereka
beli itu.” (QS.
Ali Imron: 187)
Kami telah menyaksikan sendiri, orang-orang
yang Alloh anugerahi ilmu dan hafalan, dan terkenal di kalangan manusia, tetapi
mereka terjangkiti sifat pengecut, lemah nyali, dan penakut. Lantas, apa
gunanya ilmu jika tidak diamalkan, padahal banyak sekali orang telah tersesat?
Sungguh benarlah apa yang disabdakan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa
sallam:
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلأَئِمَّةُ
اْلمُضِلِّيْنَ
“Sesuatu yang paling kukhawatirkan menimpa
kalian adalah, imam-imam yang menyesatkan.”
·
Wahai
penuntut ilmu, janganlah engkau masuk ke tempat para penguasa. Sebab terdapat
hadits shohih dari Nabi kita n, bahwa beliau bersabda,
مَنْ دَخَلَ عَلَى السُّلْطَانِ فَقَدِ افْتُتِنَ
“Barangsiapa
masuk ke penguasa, maka ia telah tertimpa fitnah.”
Menurutmu,
wahai penuntut ilmu, bagaimana kalau penguasa itu adalah thoghut yang bengis
dan mengendalikan manusia dengan kekuatan, menjauhi syariat Alloh, dan membantu
orang-orang Kristen dalam memerangi kaum muslimin di mana-mana? Mereka juga
menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai hukum yang berlaku pada
leher-leher manusia serta menghapuskan hukum hudud… dan masih banyak lagi
perbuatan murtad dan zindiq lain yang mereka lakukan.
Maka, waspadailah mereka. Waspadailah orang
yang duduk dengan mereka, baik dari kalangan ulama dan para pejabat-pejabat
penguasa, yang telah menajisi ilmunya dengan duduk bersama musuh-musuh Alloh.
Bahkan ikut serta dengan mereka dalam mengkaburkan berbagai fakta, menyesatkan
rakyat dan menghias-hias kebatilan.
·
Wahai
penuntut ilmu, jangan jadi orang-orang yang memperhatikan urusan para pemuda
dalam halaqoh-halaqoh, acara-acara liburan, mukhoyyam (camping), atau
dauroh-dauroh, tetapi kemudian meracuni pemikiran mereka sehingga mereka tidak mau pergi berjihad di
jalan Alloh, atau mengakibatkan mereka tidak mau mengatakan kebenaran lantaran
suatu alasan atau alasan lain, atau mengakibatkan mereka tidak menyebut orang
dzalim: “Hai Dzalim,” atau orang kafir: “Hai kafir.”
Aku
nasehati engkau, jika engkau termasuk ketua sekelompok pemuda, kobarkanlah
semangat mereka untuk berperang. Baik di sini atau di mana saja. Terangkanlah
Islam apa adanya, lalu jelaskan mengapa bisa begitu. Kalau engkau tidak mampu
seperti ini, berikan kesempatan orang lain untuk menempati posisimu dan jangan
menjadi orang-orang mukhodzil (pelemah semangat) tanpa engkau sadari.
Demi Alloh, engkau mati dengan mempertanggung jawabkan dirimu sendiri, itu
lebih baik daripada engkau mati tetapi akan dimintai pertanggung jawaban
tentang para pemuda Islam di hadapan Alloh kelak. Baik karena mengkaburkan kebenaran
kepada mereka, atau menghalangi mereka dari berjihad. Wa la haula wa la
quwwata illa billah.
Aku
ingatkan engkau dengan sikap dari suri tauladanmu, Nabi Muhammad n, ketika
beliau bertawaf di Ka‘bah sendirian, ketika beliau masih dalam kondisi lemah,
ketika kaum musyrikin mengejek dan mengolok-olok beliau, beliau mengatakan:
ياَ مَعْشَرَ قُرَيْشٍ لَقَدْ
جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ
“Wahai orang-orang Quraisy, sungguh aku
datang kepada kalian dengan sembelih,”
Kisah
ini ada dalam Musnad Imam
Ahmad.
·
Wahai penuntut
ilmu, secara ringkas saya tegaskan kepadamu: Jika engkau benar-benar meneladani
Nabimu, Muhammad n, dalam setiap hal, engkau terus terang di dalam melakukan
dan menerangkannya, maka pasti engkau akan diuji dengan bala’. Bala’ itu turun
sesuai dengan kadar keimanan sebagaimana hal itu diberitakan oleh Rosululloh n.
Alloh l berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْا أَنْ
يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ
“Apakah
manusia mengira akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami beriman, sementara
mereka tidak diuji.” (QS. Al-Ankabut: 2)
Ketahuilah, suatu saat nanti engkau akan dijauhi
oleh para penuntut ilmu yang lain, oleh para ulama dan tokoh-tokoh penguasa.
Engkau akan dikucilkan, dicaci dan dicela. Engkau akan dikatakan sebagai
Khowarij, dan kata-kata semisal yang hari ini dituduhkan kepada para dai tauhid
yang tertindas. Kalau engkau mengalaminya, bersabarlah. Sesungguhnya dalam
kesusahan ada kemudahan, sesungguhnya dalam kesusahan ada kemudahan.
Wahai
penuntut ilmu, waspadailah dai-dai yang hidup sejalan bersama orang-orang
kafir. Waspadailah mereka-mereka yang jadi mukhodzil (pelemah semangat)
dan kalah di hadapan musuh-musuh Alloh. Hati-hatilah dengan mereka. Jangan
terpedaya dengan kata-kata manis bercampur racun mematikan yang mereka
lontarkan, jangan terpedaya dengan materi-materi pelajaran yang mereka
sampaikan, jangan terpedaya dengan orang-orang yang hadir dalam majelis mereka.
Hati-hatilah terhadap mereka, sebab minimla kita harus sikapi mereka
sebagaimana kita bersikap terhadap ahli bid‘ah. Para salafus sholeh kita telah
mengingatkan kita agar menjauhi ahli bid‘ah. Sebagai contoh, bacalah kitab Al-Bida‘
tulisan Ibnu Widhoh.
·
Wahai
penuntut ilmu, camkan selalu pandanganmu kepada kitab robb kita dan terhadap
sunnah Nabi kita n, renungkanlah dengan baik. Sebab dalam keduanya terdapat
banyak kebaikan.
·
Wahai
penuntut ilmu, berusahalah sebisa mungkin untuk mendialogkan berbagai
permasalahan dengan ikhwan-ikhwanmu yang lain. Sebab sesungguhnya kemantaban
dalam menguasai berbagai persoalan adalah dengan berdialog.
·
Wahai
penuntut ilmu, tetapkanlah waktu yang engkau khususkan untuk menyendiri dengan
robbmu, yang di sana engkau membaca kalam-Nya, bermunajat dan berdoa
kepada-Nya. Karena doa termasuk ibadah terbesar, sebagaimana terdapat dalam
sebuah riwayat shohih dari Rosululloh n,
اَلدُّعَاءُ هُوَ اْلعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah itu sendiri.”
·
Wahai
penuntut ilmu, berhati-hatilah dengan ulama suu’ (ulama jahat), jangan
bermajelis atau berhalaqoh bersama mereka. Karena mereka adalah orang-orang
jahat dan sesat. Mereka mengkaburkan agama Islam di hadapan kaum muslimin,
menyesatkan rakyat, dan ikut serta bersama para penguasa dalam menjual tanah
dan tempat suci kaum muslimin.
Lihatlah
Al-Quds (Masjid Al-Aqsa), sejak 50 tahun lebih berada dalam cengkraman yahudi,
apakah yang telah diperbuat para ulama penguasa tersebut?
Lihat Hai’atu Kibaril Ulama atau Al-Lajnah
Ad-Daimah, siapakah yang memprakarsainya, siapa yang memilih dan mengangkat
anggotanya? Mereka adalah para penguasa yang khianat.
·
Wahai
penuntut ilmu, para ulama yang banyak dijadikan rujukan oleh para pemuda itu,
ada yang mengatakan bahwasanya tidak ada permusuhan antara kaum muslimin dengan
umat lain. Ada juga yang pindah ke negeri orang-orang nashrani untuk
mempersatukan anggota parlemen dan di
sana disambut oleh wanita-wanita pelacur Eropa, seolah tak terjadi apa-apa. Ada
yang bersumpah atas nama Alloh, bahwa siapa yang terbunuh di Afghanistan, tapi
ia ke sana tanpa seizin penguasa –padahal penguasanya membolehkan beredarnya
khomer sekalipun—, maka ia bukan syahid. Pemimpin dan pembesar mereka bahkan
mengatakan, Amerika adalah orang-orang yang tak berdosa. Yang lain mengatakan,
mendonor darah kepada orang-orang Amerika adalah boleh hukumnya. Dan yang lain,
dan yang lain, dst.
Ulama
lain, ada yang berlomba-lomba berpose bersama para thoghut setiap pekan.
Sungguh,
kami telah datangi mereka dan rekan-rekan mereka yang juga ulama besar, kami
nasehati mereka, kami ajak dialog dan kami berbincang-bincang dengan mereka.
Akan tetapi, la haula wa la quwwata illa billah, tidak ada faedahnya.
Oleh
karena itu, wahai penuntut ilmu, aku bertanya kepadamu atas nama Alloh,
beginikah sebenarnya keadaan yang mesti dijalan ulama Islam, ataukah ini adalah
kondisi para pembantu thoghut dan penjilat penguasa?
Terakhir
kalinya, aku memohon kepada Alloh ta'ala agar menjadikan kalimat-kalimat
ini tadi bermanfaat bagi pembacanya, serta menjadikannya diterima di bumi.
Aku juga
memohon kepada Alloh ta'ala, agar menganugerahi dirimu ilmu yang terang
dan kemampuan untuk mengamalkannya, semoga engkau diberkahi selalu di manapun
engkau berada dan Alloh menjadikanmu termasuk orang yang mengatakan kebenaran.
Sebagai
penutup, aku memohon agar Alloh memberiku kesyahidan, yang dengan itu Dia akan
ridho dan tertawa kepada kita. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengabulkan doa, Mahapemurah dan Mahadermawan. Dan doa terakhir kami, Anil
hamdulillahi robbil ‘Alamin, segala puji hanya milik Alloh robb seru
sekalian alam.
Abu
Abdurrohman Al-Atsari.
Selesai
pada malam Jum‘at, 28/ 7/ 1424 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar