1. Tidak erfungsinya panca indera
Al-Qur’an
tidak dapat menyucikan hati dan tidak dapat menghidupkan hati yang telah
membatu, sedangkan penyebabnya adalah matinya panca indera dan tidak berjalan
fungsinya. Ibnul Jauzi berkata, “ ketika
saya memperhatikan surat Al An’am ayat :
46.
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika
Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan
selain Allah yang Kuasa mengembalikannya kepadamu?" perhatikanlah
bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian
mereka tetap berpaling (juga).
Setelah itu datanglah petunjuk yang
menghindarkan saya dari kekeliruan, yaitu bahwa yang dimaksud dari ayat itu
adalah pendengaran dan penglihatan itu sendiri. Dengan demikian, pendengaran
itu adalah alat untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat didengar, dan
penglihatan itu adalah alat untuk mengetahui sesuatu yang dapat dilihat.
Keduanya memperlihatkan segala informasi dari luar kepada hati, lalu hati pun
merenungkan dan mempertimbangkannya.
2. Terhalang dari kebenaran
Ketika melanjutkan perkataannya tentang pengaruh dosa, Ibnul
Qoyyim berkata ”sebagian dari pengaruh dosa. Ibnul Qayyim berkata, “ sebagian
dari pengaruh dosa adalah terhalangnya hati dari Rabb-nya dunia, sedangkan
penghalang terbesar pada hari kiamat adalah seperti dalam firman Allah QS
Al-Muthaffifin : 15 “sekali-kali tidak!, Sesungguhnya mereka pada hari itu
benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.”
Dosa-dosa telah menghalani mereka untuk
melewati jarak menuju hati yang bersih, sehingga mereka tidak mampu melihat apa
yang dapat diperbaiki dan menyucikan, serta apa yang merusak dan
mencelakaknnya. Akibatnya, mereka tidak mampu melewati jarak antara hati mereka
dengan rabb mereka, agar hati mereka dapat sampai kepada-Nya yang menjadiakn
mereka beruntung denagn kedekatan dengan-Nya, dan kemuliaan dari-Nya.
Demikianlah, mereka benar-benar terhalangi dari hati yang bersih dan dari
pencipta mereka karena dosa-dosa yang mereka perbuat ( Al-Jawabul kafi, hlm.
83)
Allah subhanahu wa ta’ala eberfirman
dalam QS : Al- A’raf: 100 :
“......dan Kami kunci mati hati mereka
sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?”
3.Hati yang membatu, terjajah oleh dunia
Tidak
ada gunanya minuman dunia yang mans jika menyebabkan tersemat, atau tersedak di
tenggorokan. Nabi ﷺ bersabda : “Binasalah
hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian, jika diberi ia rela, dan jika tidak
diberi ia marah, tergelincir dan terjungkir, dan jika terkena duri ia tidak
mencabutnya.” (shahih, HR. Al Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah,
seperti dalam Shahih Jami’ Shagir no. 2962)
4. Menburuknya Fitrah
Syeikh
Islam Ibnu Taimiyah berkata ketika menggambarkan keadaan orang yang terlalu
mencintai makhluk sehingga fitrahnya itu memburuk : “ suatu ketika ada
seseorang yang mencintai warna hitam, sehingga iapun mencintai segala sesuatu
yang berwarna hitam, hingga pada hewan anjing, hal ini merupakan contoh dari
semua penyakit yang ada di hati, dalam gambaran dan keinginannya.” ( Al
Fatawa Al-Kubra 10/82 cet 2, Darul Wafa 2001)
5. Senang berbuat Dosa
Senang
dengan kemaksiatan, berbangga-bangga dengannya dan mengajak orang lain
kepadanya merupakan bukti kecintaan yang sangat besar pada dosa dan kebodohan
serta keburukan. Akibat dari menganggap remeh terhadap takdir Allah dengan
mendurhakai-Nya.
Ibnul Qayyim telah menamai ciri-ciri tersebut
dengan mengatakan, “Terbenamnya hati adalah sebagaimana terbenamnya sesuatu
dalam suatu wadah, ia benamkan ke tempat yang paling dalam, saat pemiliknya
tidak menyadari. Adapun tanda terbenamnya adalah dia senantiasa mengelilingi
hal-hal yang hina, serta perbuatan-perbuatan yang keji dan buruk.
6. Menjadi Permainan Setan
Ingatlah
selalu bahwa akal yang sehat itu terdapat pada tubuh yang sehat. Ini berarti
bahwa pemberian makanan iman, dan perhatian seseorang kepada hatinya_ dengan
izin Allah_ tentu akan membuahkan perbaikan pemahaman-pemahaman anda, dan
menjaga agar pola pikir anda tetap berada dalam ruang syariat yang lurus dan
lingkar hidayah.
Sebaliknya,
kerasnya hati dan kekeringannya, akan diikutid dengan kerusakan yang akan
merusak gambarnnya tentang kebenaran. Sehingga tidak mampu membedakan yang baik
dengan yang bathil dan yang sejenisnya. Perhatikanlah! Keadaan seorang
pembangkang yang menjadi permainan setan. Ketika setan mempermainkan hatinya,
merusak pikirannya, membalikkan pemahamannya. Pada saat itulah setan
menguasainya, kesesatanpun telah mengalahkannya. Hal ini dapat kita lihat jelas
pada diri pembunuh Ali bin Abi Thalib yakni musuh Allah Abdurrahman bin Muljam.
Wallahu Musta’an
( di ambil dari buku " Periksalah Hati Anda!" Karya Dr. Khalid Abu Syadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar