Masa awal kejayaan islam, tak luput wanita ikut berperan
dalam meraih kejayaan tersebut. Teringat awal mula saat Nabi SAW menerima wahyu,
dengan penuh ketakutan dan gemetar yang begitu dahsyat sebab turunnya wahyu. Sebuah
beban amanah yang sangat berat untuk dipikulnya, hingga langit dan gunungpun
tak akan mampu menahan getaran Maha Dahsyatnya. Ya, itulah Kalamullah, pedoman
Hidup manusia, titian cahaya yang mengantarkan manusia ke gerbang Syurga.
Nabi SAW segera pulang ke rumahnya untuk mencari ketenangan. Ya, ketenangan
itu berada dalam rumahnya, lebih tepatnya ada dalam jiwa istrinya yang lembut
dan penyayang. Ia hadir menentramkan jiwa, senyumannya menghapus kegundahan dan
kegelisahan. Suara lembutnya terdengar indah dalam sanubari. Sungguh menentramkan..
menyejukkan hati...
Dengan lembutnya Ibunda Khadijah menenangkan suaminya,
dengan kata-kata yang terukir abadi dalam sejarah, kata-kata yang mampu memberikan
protector bagi jiwa yang dirundung ketakutan dan kegelisahan bahwa “ tidak. Demi
Allah! Allah sama sekali tidak akan membuat anda sedih. Anda adalah seorang
yang suka menyambung tali persaudaraan, membantu si lemah, menolong si papa, menghibur
orang yang lagi sengsara, mmenghormati para tetamu, dan membela orang yang berpegang
teguh pada kebenaran.”
Suhanallah... kalimat agung ini tidak akan mungkin keluar
kecuali dari hati yang agung, hati yang paham akan tugas yang diemban sebagai
wanita shalihah, seorang istri cerdas dan berwatak daiyah.
Wanita yang mengucapkan kalimat yang teguh, yang mengorelasikan antara amal
shalih yang dikerjakan oleh Rosulullah
dengan hasil yang positif yang pasti akan diberikan balasan oleh Allah SWT.
Kalimat yang meneguhkan hati pembawa amanah terbesar umat ini dan penghulu
putra Adam. Kalimat yang agung dan istimewa, yang dilontarkan dari lisan
seorang wanita yang hidup di tengah-tengah Zaman kebodohan dan menjadi sempurna
di zaman penuh cahaya keislaman. Kalimat yang menggemparkan zaman kebodohan
yang penuh penyimpangan dan kesesatan.
Seorang wanita peneguh hati suaminya yang berada di tengah arus penuh
rintangan, sebuah jalan yang sangat melelahkan bagi siapa saja yang
menapakinya, sebuah jalan yang penuh dengan hembusan-hembusan permusuhan dan
pengusiran. Meskipun itu semua hal yang harus dihadapi, ia tetap teguh dan
meneguhkan jiwa suaminya agar tetap menapaki jalan ini.
Sungguh... keteladanan yang luar biasa dari Ibunda Khodijah, keteladanan
untuk para da’iyyah, muslimat, mukminat dan murabbiyah. Keteladanan yang harus
diteladani bagi setiap wanita yang mendampingi suaminya yang berada dalam jalan
dakwah. Sekelumit kiprah dakwah
muslimah, yang sangat berperan dalam kelangsungan dakwah ini, untuk meninggikan
kalimat-kalimat Allah di muka bumi ... memenagkan yang hak, dan melengserkan
yang batil...
Itulah background muslimah dalam dakwah, meski perannya tersembunyi namun
hasilnya sangat mengagumkan... mencengangkan dunia dan bagi siapa saja yang
melihatnya... ibarat akar yang mencoba menembus tanah yang penuh bebatuan untuk
mencari setetes air penghidupan. Ketika daun tumbuh... dan bunga-bungapun
bermekaran.. orang-orang memuji atas keindahan warna dan bentuknya...
namun akar tak pernah iri... ia
terus bersembunyi di balik bumi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar