sahabatku semua yang dirahmati Allah. sebagai
mahasiswa maupun mahasiswi menuju semester akhir di sebuah perguruan tinggi
terkadang terlintas kuat keinginan untuk menyempurnakan separuh bagian agama
seperti yang dicontohkan baginda nabi Rosulullah SAW dengan pernikahan. karena
menggenapkan sebagian dien itu adalah bagian dari ibadah sedangkan ibadah itu
tidak boleh ditunda-tunda. betul tidak? namun keadaan itu terpatahkan
saat ada keinginan lain ingin melanjutkan study S2 dan S3 pun sama kuatnya.
dilema tentunya, desakan kanan kiri akan menjadi pertimbangan kuat, apalagi
melihat teman-teman sebayanya yang sudah menggendong anak tentu ini akan
menjadi masalah tersendiri. disisi lain dari segi finansial mahasiswa baru
lulusan S1 kebanyakan tapi tidak semua, masih mencari-cari sumber penghasilan
yang cukup sekiranya untuk membangun maghligai pernikahan, mengingat saat
ini mencari pekerjaan cukup sulit apalagi dengan kondisi Ekonomi yang sedang
lesu seperti ini, seorang mahasiswa Freshgraduater yang masih
sangat kebingungan dalam menentukan masa depannya. galau mungkin kata-kata itu
menjadi tema mahasiswa akhir yang dalam tanda kutip masuk dalam situasi diatas.
karena kita tahu menikah bukan cuma perkara akad, resepsi terus selesai.
Kita harus siap secara mental, fisik, finansial terlebih ilmu sehingga
tercapailah sakinah mawaddah warahah wabarokah. InsyaAllah. betul tidak ?
Apa yang harus diperbuat ?
Bagaimana menyikapinya ?
Bagaimana menyikapinya ?
sebuah kisah mengawali artikel dibawah ini, semoga
menginspirasi….
Tersebutlah seorang mahasiswi yang datang menemui
dosennya, ia menghampiri dosennya itu dengan wajah yang muram, lalu berkata,
“Pak, beasiswa Program Magister dan Doktor saya
lolos”.
Hanya itu saja kata2 yang keluar dari mulutnya,
tanpa diikuti ekspresi apapun dari wajahnya, mengingat di luar sana berjuta –
juta orang memimpikan pencapaian ini. Dan sang dosen tertegun, kemudian dia
berkata,
“Bagus dong dik, kamu bisa bikin bangga banyak
orang, dan itu merupakan jalan hidup yang sangat baik. Lalu apa yang membuat
kamu terlihat bimbang?”
Akhirnya mahasiswi itu bercerita kepada sang dosen,
“Pak, sekolah hingga S2 dan S3 merupakan cita-cita
saya sejak kecil, ini adalah mimpi saya, tidak terbayangkan rasa bahagia saya
saat memperoleh surat penerimaan beasiswa ini. Tapi pak, saya ini akhwat, saya
wanita, dan saya bahagia dengan keadaan ini. Saya tidak memiliki ambisi besar,
saya hanya senang belajar dan menemukan hal baru, tidak lebih. Saya akan dengan
sangat ikhlas jika saya menikah dan suami saya menyuruh saya untuk menjadi ibu
rumah tangga. Lalu dengan semua keadaan ini, apa saya masih harus sekolah? Saya
takut itu semua menjadi mubazir, karena mungkin ada hal lain yang lebih baik
untuk saya jalani.”
Pak dosen pun terdiam, semua cerita mahasiswinya
adalah logika ringan yang sangat masuk akal, dan dia tidak bisa disalahkan
dengan pikirannya. Dosen itu pun berfikir, memejamkan mata sejenak, menunggu
Allah SWT membukakan hatinya, memasukkan jawaban dari pertanyaan indah ini…
Dan jawaban itu datang kepadanya, masuk ke dalam
idenya. Sang dosen berkata seperti ini kepada mahasiswinya. “Dik, sekarang
bertanyalah kepada hati kecilmu, apa hati kecilmu masih menginginkan dirimu
untuk melanjutkan pendidikan ini hingga puncak nanti?”
Sang mahasiswi bingung, dia menunduk, tak terasa
air mata menetes dari kedua matanya, seakan dia merasakan konflik hati yang
sangat besar yang saling ingin meniadakan. Dosen itu melanjutkan nasihatnya.
“Dik, saya ingin bertanya kepadamu, kapan pertama kali engkau berhadapan dengan
seorang S3 dan mendapat ilmu darinya?”
“Sejak saya kuliah di ITB, Pak,” Jawab sang gadis.
Kemudian dosen itu melanjutkan ,”Ya dik, betul,
saya pun demikian, saya baru diajar oleh seorang lulusan S3 semenjak saya
kuliah di kampus ini. Tapi dik, coba kamu pikirkan, bahwa saat engkau memiliki
anak, maka orang pertama yang akan membelai rambut anakmu adalah seorang
lulusan S3. Orang yang pertama mengajaknya berjalan adalah seorang ilmuwan
tinggi, dan sejak dia mulai membaca, dia akan dibimbing dan dijaga oleh seorang
Doktor. Itulah peranmu sebagai ibu nanti, apakah engkau bisa membayangkan
betapa beruntungnya anak manusia yang akan engkau lahirkan nanti.”
Dan itulah jawaban Allah SWT melalui sang dosen
tersebut. Mahasiswi itu tersadar dari konflik panjangnya, dan ia tersenyum
bahagia, sangat bahagia, air matanya menjadi air mata haru, dan ia berdiri,
mengucapkan terima kasihnya kepada sang dosen, dan berkata,
“Pak, terima kasih, akan saya lanjutkan pendidikan
ini hingga tidak satupun puncak lagi yang menghalangi saya.”
_______________________
Sahabat semua yang dirahmati Allah.,
Menikah, hukum asalnya adalah sunnah. Namun, hukum
asal sunnah ini dapat berubah menjadi hukum lain, misalnya wajib atau haram,
tergantung keadaan orang yang melaksanakan hukum nikah. Jika seseorang tidak
dapat menjaga kesucian (‘iffah) dan akhlaknya kecuali dengan menikah,
maka menikah menjadi wajib baginya. Sebab, menjaga kesucian (‘iffah) dan
akhlak adalah wajib atas setiap muslim, dan jika ini tak dapat terwujud kecuali
dengan menikah, maka menikah menjadi wajib baginya, sesuai kaidah syara’ :
“Jika suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan
sesuatu, maka sesuatu itu wajib juga hukumnya.” (Taqiyuddin An Nabhani, 1953,
Asy Syakhshiyah Al Islamiyah Juz III, hal. 36-37)
kembali berkaca dalam kisah diatas, maka pelajaran
dalam kisah diatas intinya itu Niat apa yang paling kuat mendorongmu untuk
menikah maupun melanjutkan kuliah, ini perlu diperinci untuk menguatkan niat
diawal karena setiap amal tergantung pada niatnya, niat yang baik maka akan
membawa sebuah kebaikan hal itu juga harus dikuatkan dengan kondisi masing
masing sehingga langkah yang baik akan membawa kebaikan dan keberkahan.
maka untuk menjadi pertimbangan kita uraikan
beberapa Faktor pertimbangan berikut ini :
- Lanjut S2, menikah sesudahnya
- Menikah sambil Lanjut S2
- Menikah dan tidak Lanjut S2
jika Point 1 yang dipilih Lanjut S2 Menikah
sesudahnya, tentunya orang yang memilih poin ini sangat luar biasa
fokus untuk belajar akan sangat lebih diperhatikan, orang yang memilih point
ini tentunya juga mengobservasi dirinya bahwa dirinya sanggup dan
mampu menjaga dirinya (nafsu) untuk melanjutkan kuliah dan menunda
pernikahan setelah kuliah selesai, ia yakin pada Allah jodoh tidak akan
tertukar dengan yang lainnya dan akan dipertemukan disaat yang indah, ia juga
menyakini kemanfaatan ilmu yang diperolehnya sangat besar nilai manfaatnya
dibandingkan dia harus menikah lebih dulu, dan ia juga tahu pilihan
untuk melanjutkan S2 dulu baru kemudian menikah adalah pilihan yang tepat.
Membangun rumah tangga yang harmonis juga membutuhkan ilmu yang matang. Dengan
bekal S2 kita bisa membangun rumah tangga yang cerdas. Cerdas dalam menentukan
Pendidikan anak yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. cerdas
dalam mengarungii bahtera rumah tangga yang bahagia maka ia memilih ilmu dulu
baru menikah hal ini sesuai dengan Salah satu hadis shahih yang terdapat
dalam kitab Sunan Ibnu Majah, “Tholabul ‘ilmi faridhotun a’la kulli
Muslimin”– menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim (laki-laki
ataupun perempuan). dengan semangat menuntut ilmu yang menggelora dalam dada
pastinya akan lebih cepat menyelesaikan Studi S2 nya. sehingga menikah
setelahnya akan bisa terwujud.
jika Point 2, Menikah Sambil Lanjut S2.
Orang yang memilih point ini pasti penuh pertimbangan banyak sehingga
dipilihlah ini disamping kedua pasangan sama-sama kuat untuk melanjutkan study
S2 faktor lain yang mendukung antara lain sebagai berikut :
1. Karena memang sudah waktunya untuk menikah,
takut tidak bisa mengendalikan hawa nafsu yang mulai beranjak mengikuti
kedewasaannya, ia takut terjerumus dalam zina yang terlaknat dan berharap
Rahmat Allah.
2. Masalah usia yang sudah masuk usia menikah, Banyak
diantara kita yang menargetkan usia untuk menikah. Hal ini tidak salah karena
merupakan hak masing-masing orang asalkan tidak menikah di usia yang terlalu
muda atau terlalu tua, untuk cowok biasanya menarget sekitar usia 25an dan
cewek 3 tahun dibawah cowok, tapi memang kadang orang indonesia itu aneh
“wanita yang usia mendekati 25 thn keatas” banyak disebut dengan istilah mohon
maaf tidak laku / perawan tua belum lagi perbincangan masyarakat sekitar yang
menjadi beban psikologis tersendiri, tentunya ini menjadi pertimbangan yang
juga berat bagi seorang wanita berbeda sekali dengan pria
3. Dari segi kesehatan katanya wanita yang
menikah umur diatas 30 tahun sangat rentan penyakit, karena Dikhawatirkan
jam biologis usia produktif yg mulai lemah akan mempengaruhi tingkat
produktifitas perempuan dalam memiliki keturunan. tapi tak perlu risau banyak
juga wanita yang melahirkan keturunan diatas usia 30an, semua berjalan baik.
Wallahu a’lam
4. Sudah Punya calon yang siap menikah, tak bisa
dipungkiri usia setelah kelulusan S1 banyak diantara kita yang sudah memiliki
calon yang siap diajak menikah, disisi lain adanya singkronisasi kedua pasangan
untuk sama-sama melanjutkan study diiringi dengan pernikahan, hal ini terbukti
banyak profesor dikampus yang menikah setelah kelulusan s1 dan bareng-bareng
pasangan halalnya meraih s2, bahkan kita disarankan untuk melanjutkan study S2
sambil menikah, sungguh indah bukan mencari ilmu setinggi tingginya bareng
pasangan halal yang diridhoi Allah tentunya akan sangat mudah melewati
masa-masa sulit jika bisa berjalan bersama beriringan. karena
pernikahan itu sebenarnya justru dapat menjadi faktor terbesar yang dapat
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar serta menciptakan ketenangan
jiwa dan kehidupan yang bahagia bagi seorang penuntut ilmu. Tentunya, semua
tergantung pada ‘azm (tekad) dan komitmen kita berdua
5. Masalah Finansial dan waktu, betul sekali
menikah sambil melanjutkan S2 akan membutuhkan finansial yang cukup banyak,
waktu yang sempit maka harus pandai-pandai mengatur bersama, mengatur pemasukan
dan pengeluaran, mengatur kebersamaan. Seorang yang menikah ditengah-tengah
kesibukannya menuntut ilmu harus benar-benar pandai membagi waktu dan perasaan.
Yaitu waktu untuk ilmu dan waktu untuk keluarganya. Berikan waktu untuk ilmu
sesuai porsinya dan berikan pula waktu bagi keluarga sesuai porsinya. dan yang
penting mengatur hati untuk saling menguatkan karena pernikahan yang
tujuan utamanya ialah membentuk sebuah Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan
warrahmah wa barokah membutuhkan kemapanan dan kesiapan baik dari sisi psikis,
psikologis, biologis, spiritual, maupun materi (finansial) dan yang paling
penting lagi ilmu yang mampu mengemasnya menjadi indah.
6. dan masih banyak lagi lainnya..
Jika Point 3, Menikah dan tidak lanjut S2,
Alhamdulillah orang yang memilih point ini sangat baik, sungguh baik, membangun
pernikahan itu mulia sehingga keberkahan-keberkahan akan mengiringi mereka,
mereka tahu ilmu bisa diperoleh dari mana saja dan tidak harus kuliah, mereka
juga menyakini sebaik-baik pendidikan bagi seorang istri adalah pada suaminya,
mereka memilih membatalkan untuk tidak lanjut study S2 untuk kemaslahatan lain
yang lebih banyak, membina keluarga, menghindari zina, menyiapkan generasi
terbaik untuk perkembangan masa depan terlebih islam, sudah banyak contohnya
bapak ibunya yang cuma lulusan S1 mampu mempunyai anak-anak sampai berjenjang
s3, semua ini tentunya diiringi tekad untuk sama-sama menggapai ridho Allah dan
ittiba’ Kepada Rosulullah Shollallahu alaihi wassalam. Semoga Allah
memberkahi rumah tangga mereka.
sahabatku semua yang dirahmati
Allah
Ketiga pilihan diatas sama baiknya maka perlu
diiringi niat yang baik disertakan kondisi terbaik yang pantas untuk
menjatuhkan salah satu pilihan diatas, jangan sampai Belajar dan Menikah dua
hal yang baik, menjadi tidak baik karena salah kita dalam menentukan niat
diawal, seperti agar mendapatkan karir bergengsi, mendapatkan pekerjaan yang
baik, dan niat lainnya yang berorientasi dunia, sah-sah saja sebenarnya namun
alangkah baik niatkanlah untuk mengharap ridho Allah dan ittiba’ Kepada
Rosulullah Shollallahu alaihi wassalam, minta Ridho bapak ibu dan pendapat
sekitar lalu istikhorohlah agar Allah memilihkan yang terbaik bagi dirimu.
bukankah Allah pemilik dunia dengan segala isinya, jika kita karena Allah maka
Dunia Allah cukupkan kepada kita, jangan khawatir dan risau.
Hal ini sesuai firman Allah Ta’ala,
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ
وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ
يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang
di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba–hamba sahayamu
lelaki dan hamba-hamba sahaya yang perempuan, Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur [24] : 32)
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ
اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki
baa-ah (kemampuan untuk menikah), maka menikahlah.” (HR. Bukhari no. 5065 dan
Muslim no. 1400).
Sahabatku, selalu namanya cobaan itu pasti ada,
ketiga pilihan mempunyai konsekuensi yang harus bisa dikendalikan bersama.
komitmenlah jangan takut dan jangan khawatir siapkan juga bekal pengetahuan
yang cukup untuk melangkah bersama, ingatlah Allah menyertai kita. Yakinkan
bahwa hendaknya studi tidak menjadi kendala yang menghalangi niat baik berdua.
yakinkan pula bahwa menikah itu jalan meraih ilmu yang lbih luas, Selama niat
kita ikhlas karena Allah swt., insya Allah Allah akan menolong kita. Allah akan
membimbing langkah kita, dan Allah akan memilihkan yang terbaik. Allah telah
berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya yang lelaki dan
hamba-hamba sahaya yang perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur [24]: 32)
dan terakhir semua pilihan diatas kembali ke
pribadi kita masing-masing. apa yang akan kita pilih haruslah Pilihan yang kita
sesuaikan dengan rencana dan kebutuhan kita. Jangan sampai kita salah pilih
yang nantinya akan menimbulkan rasa penyesalan di kemudian hari dan tentunya selalu
sandarkan diri kita Pada Allah mohon petunjuk, mohon bimbingan agar apapun yang
kita pilih menjadi berkah manfaat bagi kita sendiri dan umat khususnya
jika engkau tanya diriku, Apa yang akan aku pilih ?
Bismillah, biidzinillah insyaAllah, mohon doanya.
Bismillah, biidzinillah insyaAllah, mohon doanya.
lalu bagaimana denganmu ?
Semoga Allah meluruskan niatku dalam tulisan ini.
أللهم تقبل منا صالح الأعمال
Ya Allah ampuni kami yang selama ini masih sering
mengecewakanmu, masih sering lupa dan lalai kepadamu, masih berlumur dosa dan maksiat kepadamu, ampuni kami ya Robb dosa kami menggunung tapi
kami masih berharap kemurahanmu, belas kasihmu dan kemurahanmu
tuntun kami ya Rabb pada pilihan-pilihan terbaik
menurutmu, pilihan yang karenanya mampu menjadikan kami lebih dekat denganmu, dengan Rasulullah Saw dengan Ampunanmu
Maafkan kami ya Rabb, Ampuni kami, Ampuni
Beribu-beribu kesalahan kami, jika bukan engkau lalu siapa lagi yang bisa memaafkan kami.. tuntun kami ya Rabb tuntun kami menuju syurga yang
kau Rahmati
Sumber : https://temonsoejadi.com/2016/03/17/kuliah-atau-menikah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar