Tadi malam sidang skripsi, rasanya seperti mimpi panjang. Bagaimana tidak
aku duduk dihadapan 2 penguji dan 1 ustadz penyaran dan memberikan solusi. Rasanya
seperti duduk di kursi panas, panas dingin! Alhamdulillah ‘ala kulli haal
aku bisa melewatinya dengan mudah atas pertolongan Allah. Tapi untuk
melanjutkan penelitian aku harus
mendapatkan ACC dari penguji 1. Insyaallah...
Aku tak membayangkan bagaimana persidangan di akhirat kelak? ketika mulut tak lagi mampu berbicara, ketika seluruh amalan diperhitungkan tanpa satupun yang luput, ketika anggota tubuh ini memberikan kesaksian. Ya Allah.... apa dayaku?
Ini hanyalah sebagian ujian keduniaan yang tak seberapa di bandingkan
ujian di akhirat kelak. Untuk ujian di dunia saja kita mempersiapkan dengan
kesiapan yang luar biasa matangnya. Mencoba menyempurnakan apa yang tidak
sempurna, mencoba mempertimbangkan dengan secermat-cermatnya. Lalu bagaimana
dengan amalan-amalan kita di dunia ini yang kelak akan diminta laporannya
dihadapan Allah, akankah kita masih tidak peduli akan hal itu? akankah kita
masih tidak mempertimbangkan dan berhati-hati ketika berbuat dosa?
Saudaraku.... semua peristiwa yang ada di dunia ini tidak lain adalah untuk
memberikan kita pelajaran, entah untuk hari ini atau hari esok (diakhirat). Namun,
hanya sedikit sekali orang-orang yang merenungi hal ini.
Dunia hanyalah tempat untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya, karena
dunia ini bukan rumah kita, bukan juga tujuan kita. Dunia adalah persinggahan
sementara untuk menghantarkan kita pada tujuan. Oleh karenanya kembali luruskan
fikiran hati kita, agar hidup kita tidak hanya berorientasi kepada dunia, dunia
dan dunia. Tak ada akhirat di hati, tak ada akhirat pada amalan, tak ada
akhirat pada seluruh aktifitas kehidupan yang kita kerjakan. Sungguh rugi jika
kita tak pernah menyertakan akhirat dalam hidup kita. Wallahu A’lam