![]() |
Terkadang berada dilingkungan
pesantren membuatku tidak mengerti apa yang tengah ramai terjadi di luar. Sebab
di pesantren waktu aku lebih banyak terforsir untuk belajar secara formal dan
banyak membaca turats-turats. Aku merasa ada yang kurang dalam diriku. Ya,
bagaimana realita dan kondisi umat islam diluar sana? Semakin membaikkah? Atau justru
semakin bertambah buruk? Entahlah.. aku hanya bisa menerka-nerka lewat
pemberitaan yang dibawa oleh media-media.
Entah itu media tulisan, media sosial ataupun media visual.
Entah itu media tulisan, media sosial ataupun media visual.
Sekedar untuk mengetahui, lewat media-media menurutku sudah cukup. Namun, untuk merasakan suasana, ternyata media tidak mewakili sepenuhnya. Sebab banyak drama dalam media dan pemberitaan, dan ada orang-orang yang berkepentingan demi kesejahteraan segelintir orang dibandingkan untuk memberikan kemanfaatan bagi banyak kalangan.
Semakin hari masalah dinegri kita kian menumpuk, masalah-masalah yang
adapun tidak tuntas terselesaikan, malah mendatangkan masalah yang baru dan
lebih rumit. Masalah yang seharusnya cukup terselesaikan di ranah
kepemerintahan, malah menjadi konsumsi publik dan membuat masyarakat semakin
bingung dengan ulah-ulah para pemimpinnya.
Yang sebelum-sebelumnya para pengusa mempermainkan politik, kini semuanya
berbalik 3600 akhirnya para penguasalah yang dipermainkan oleh
politik-politik yang mereka buat sendiri. Sebagaimana yang kita lihat pada
pemberitaan-pemberitaan di media. Kini, rakyat tinggal menonton sambil tertawa,
melihat para kandidat calon penguasa memanas dan saling cakar mencakar. Tertawa
seraya menangis dalam hati, miris melihat para manusia yang haus akan nafsu kekuasaan,
mempertaruhkan hartanya demi mendapat jabatan. Padahal pada hakikatnya jabatan
adalah sesuatu yang paling mengerikan di akhirat kelak, sebab jabatan bukan
soal integritas tapi jabatan soal tanggung jawab.
Para profesionalis di bidangnya semakin bingung untuk menyelesaikan semua
permasalahan yang melanda negeri ini. sebab negri ini memiliki segudang PR yang
semuanya menuntut untuk diselesaikan. Perlahan-lahan semua orang merasa bosan,
lelah, dan marah, namun entah kepada siapa rasa ini harus dilampiaskan, sebab
semua orang tidak mau disalahkan dan tidak ada yang merasa bersalah. Ibarat sebuah
kesalahan bersama yang harus di selesaikan bersama. Namun, ketika menyelesaikan
suatu masalah tidak ada yang membuang ego diri, semua saling beradu ego,
sehingga masalahpun tidak akan pernah selesai. Wallahu a’lam bishowab.