Ada banyak kisah di sekeliling
kita... kisah yang melahirkan pencerahan.... kisah yang membawa pada jalan
kebaikan.... Umat ini begitu kaya dengan kisah-kisah dan hikmah. Hidup para
sahabat adalah kisah... Perjalanan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah
kisah... Sebagian besar porsi dalam AL-Qur’an adalah kisah.... Bahkan ada surat
tersendiri tentang kisah-kisah (Al-Qashash).
Tapi, semakin tua usia dunia,
seolah semakin tak berarti kisah-kisah. Kisah hanya jadi dongeng dan cerita.
Kisah hanya diperbincangkan dan dituturkan tanpa punya hasil apa-apa. Kisah
seolah terpisah dari kenyataan dan realitas hidup . Bahkan lebih ironis lagi,
kisah berhenti pada fungsi cerita pengantar tidur belaka.
Kisah tentang khalifah Umar bin Khattab yang berkeliling di malam hari,
memeriksa rakyat dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki, seolah-olah hanya
cukup dikagumi pada pemimpin kita. Kisah tentang Abu Bakar yang menagis tersedu
setiap kali hendak shalat, berhenti hanya diingat oleh para imam kita. kisah
tentang keikhlasan Utsman bin Affan yang selalu rela mendermakan seribu unta
dengan seluruh isinya dijalan Allah, hanya didecaki dan digelengi kepala para
orang-orang kaya. Bahkan, kisah hidup Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
yang begitu mulia dan luar biasa malah ditukasi dengan seloroh yang
menyakitkan. “Muhammad kan nabi, kita hanya manusia biasa.”
Kisah-kisah telah binasa. Siapa yang salah? Apa yang salah?
Dulu ada Abu Dzar, yang “terbang” dari lembah satu ke lembah yang lain
membawa kisah dan memberi peringatan tak kenal lelahnya. Ia pergi ke Mekkah,
Irak, Yaman, hingga Syria. Ia berkisah tentang hidup zuhud, hidup sederhana dan
pentingnya menegakkan keadilan. Kisahnya seperti dengung lebah, membuat siapa
saja tersadar dari lengah. Kisahnya tidak sekedar cerita, tapi punya kekuatan
untuk mengubah.
Adapula Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang menjelma menjadi
kisah-kisah kebaikan yang pernah lahir dan ada. Kisah tentang keadilan tak
hanya ia dengarkan lalu tinggal lalai. Kisah tentang kesederhanaan tak hanya
jadi cerita yang meninakbbokan. Ini menjadi kisah baru tentang keadilan. Ia
menjadi kisah baru tentang kejujuran. Ia menjadi kisah baru tentang
kesederhanaan.
Kisah-kisah, tak seharusnya menjadi cerita dan dongeng belaka. Kisah-kisah,
tak semestinya hanya terbantun-bantun di tebing-tebing sejarah, tanpa memberi
hikmah. Kisah-kisah harus kita jadikan sebagai sebuah lentera, untuk menerangi
jalan, untuk memberi cahaya dalam kehidupan, untuk mencipta satu lagi kisah
tentang kebaikan. Kisah tak boleh dibiarkan menjadi dongeng dan cerita, yang
akan hilang berlalu seiring dengan masa.
Kejayaan di masa lalu, akan terulang sekali lagi, kini. Ketika umat tak lagi menengok ke belakang dan
belajar dari kisah-kisah kehancuran, maka ia sudah teramat dekat dengan kehancuran
itu sendiri.
Maka, seharusnya kisah menjadi kisah yang mampu menjadi inspirasi dan
hikmah. Maka sudah seharusnya, kita menjadikan kisah tidak sebagai dongeng atau
cerita saja. Karena kita manusia, yang berakal dan berfikir dengan sempurna.
(Diambil dari Majalah Sabili Edisi
bulan Oktober 2003)