Minggu, 25 Maret 2018

_Wonderful Of Kisah_


            Ada banyak kisah di sekeliling kita... kisah yang melahirkan pencerahan.... kisah yang membawa pada jalan kebaikan.... Umat ini begitu kaya dengan kisah-kisah dan hikmah. Hidup para sahabat adalah kisah... Perjalanan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah kisah... Sebagian besar porsi dalam AL-Qur’an adalah kisah.... Bahkan ada surat tersendiri tentang kisah-kisah (Al-Qashash).

Tapi,  semakin tua usia dunia, seolah semakin tak berarti kisah-kisah. Kisah hanya jadi dongeng dan cerita. Kisah hanya diperbincangkan dan dituturkan tanpa punya hasil apa-apa. Kisah seolah terpisah dari kenyataan dan realitas hidup . Bahkan lebih ironis lagi, kisah berhenti pada fungsi cerita pengantar tidur belaka.
Kisah tentang khalifah Umar bin Khattab yang berkeliling di malam hari, memeriksa rakyat dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki, seolah-olah hanya cukup dikagumi pada pemimpin kita. Kisah tentang Abu Bakar yang menagis tersedu setiap kali hendak shalat, berhenti hanya diingat oleh para imam kita. kisah tentang keikhlasan Utsman bin Affan yang selalu rela mendermakan seribu unta dengan seluruh isinya dijalan Allah, hanya didecaki dan digelengi kepala para orang-orang kaya. Bahkan, kisah hidup Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang begitu mulia dan luar biasa malah ditukasi dengan seloroh yang menyakitkan. “Muhammad kan nabi, kita hanya manusia biasa.”
Kisah-kisah telah binasa. Siapa yang salah? Apa yang salah?
Dulu ada Abu Dzar, yang “terbang” dari lembah satu ke lembah yang lain membawa kisah dan memberi peringatan tak kenal lelahnya. Ia pergi ke Mekkah, Irak, Yaman, hingga Syria. Ia berkisah tentang hidup zuhud, hidup sederhana dan pentingnya menegakkan keadilan. Kisahnya seperti dengung lebah, membuat siapa saja tersadar dari lengah. Kisahnya tidak sekedar cerita, tapi punya kekuatan untuk mengubah.
Adapula Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang menjelma menjadi kisah-kisah kebaikan yang pernah lahir dan ada. Kisah tentang keadilan tak hanya ia dengarkan lalu tinggal lalai. Kisah tentang kesederhanaan tak hanya jadi cerita yang meninakbbokan. Ini menjadi kisah baru tentang keadilan. Ia menjadi kisah baru tentang kejujuran. Ia menjadi kisah baru tentang kesederhanaan.
Kisah-kisah, tak seharusnya menjadi cerita dan dongeng belaka. Kisah-kisah, tak semestinya hanya terbantun-bantun di tebing-tebing sejarah, tanpa memberi hikmah. Kisah-kisah harus kita jadikan sebagai sebuah lentera, untuk menerangi jalan, untuk memberi cahaya dalam kehidupan, untuk mencipta satu lagi kisah tentang kebaikan. Kisah tak boleh dibiarkan menjadi dongeng dan cerita, yang akan hilang berlalu seiring dengan masa.
Kejayaan di masa lalu, akan terulang sekali lagi, kini.  Ketika umat tak lagi menengok ke belakang dan belajar dari kisah-kisah kehancuran, maka ia sudah teramat dekat dengan kehancuran itu sendiri.
Maka, seharusnya kisah menjadi kisah yang mampu menjadi inspirasi dan hikmah. Maka sudah seharusnya, kita menjadikan kisah tidak sebagai dongeng atau cerita saja. Karena kita manusia, yang berakal dan berfikir dengan sempurna.
 (Diambil dari Majalah Sabili Edisi bulan Oktober 2003)

_Resolusi_

     Menjelang akhir tahun ini setiap orang pasti memiliki resolusi, ya memang resolusi ini dianggap penting apalagi pada moment-moment saat...