Minggu, 26 November 2017

_Sepenggal Episode Kehidupanku_




(Bagian I)
Senin, 13 November 2017
            Pagi hari ini hatiku berdegup kencang, entah apa yang aku rasakan tak mampu ku definisikan. Hari ini adalah hari yang sangat special, mengapa? Karena hari ini umurku beranjak ke-20 tahun. Umur yang tak pantas lagi dianggap anak kecil, umur yang beranjak pada gerbang kedewasaan. Umur dimana seseorang sudah menentukan masa depannya. Ya, umur disaat egoisme perlahan-lahan surut dari karakternya.
           
Angin berhembus dengan tidak bersahabat, entah mengapa dan ada apa dengan hari ini? akupun tak tahu. Tapi aku percaya akan ada keajaiban pada hari ini. aku bersekolah seperti biasanya, tak ada tanda-tanda apapun dalam setiap detik waktunya, semuanya berjalan seperti biasanya. Sore hari pun aku melakukan kegiatan rutinitas mingguan yaitu halaqoh dan dilanjutkan dengan ifthor bersama. Malam hari itu pun perasaanku masih tetap biasa sebagaimana yang lainnya.
            Keesokan harinya, aku mengirim SMS nasihat pada abi, tak kuduga abi membalasnya dengan SMS yang membuat hatiku remuk seketika, kedua kakiku lemas tak berdaya, kesemangatanku pun perlahan-lahan pudar bak pelangi yang hilang setelah hujan. Ya, aku mendapatkan kabar bahwa umi tak sadarkan diri dirumah sakit. Ya Allah... ada apa gerangan? Mengapa semuanya begitu tiba-tiba? Padahal baru hari Sabtu aku bertemu abi, selang 2 hari kemudian umi masuk rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri. Bibirku hanya mampu berdzikir, mataku sembab berlinang air mata, suaraku pecah oleh tangisan. Ya Allah.. begitu capatkah kondisi ini berubah? Kemarin adalah minggu ceria dan bahagia (sebab abi datang ke Ma’had menjengukku) dan minggu ini adalah minggu duka dan air mata. MasyaAllah... begitu cepatkah ini semua berubah? Begitu dahsyatkah ujian ini menimpa? aku selalu berhusnudzan billah  mengharapkan datangnya keajaiban disetiap do’a dan istigfar yang kulantunkan.
            Setelah abi memberikan pesan-pesan yang harus kutunaikan, aku beranjak bewudhu untuk melaksanakan sholat dhuha. Aku tidak ingin air mataku menetes terjatuh sia-sia, aku ingin air mata ini berharga dan membuatku semakin mulia dihadapan-Nya. Tangisku tak terbendung dalam setiap gerakan sholatku, lisanku bergetar kala kuucap bait-bait do’a. Sungguh, saat itu aku merasa sebagai manusia yang lemah tak berdaya, manusia yang tak sanggup menjalani takdir-Nya jika bukan karena-Nya hidupku diliputi dengan keputusasaan.
            Tak terasa sejam berlalu, air mataku terkuras habis, mataku meninggalkan bekas gelembung-gelambung di sekitar kelopak mataku. Aku berharap tangisku saat ini menjadi pemadam panasnya api neraka yang membara, aku berharap tangisku saat ini dapat mengubah jalan takdir-Nya. Aku berharap umi dapat lagi berkumpul bersama lagi dengan kami. Setelah sholat aku SMS abi memaksa ingin segera pulang. Namun, abi berkata: “ teh... satu hal yang kita butuhkan saat ini adalah bagaimana umi bisa tertolong. Karena kalau kamu pulang kamu tidak akan fokus beribadah dan berdo’a. Jadi, yang dibutuhkan saat ini adalah do’a-do’a dari kalian. Dengan menggunakan wasilah “PENYAYANG” sebab umi penyayang kalian. Jadi mintakanlah pada Allah, agar tidak mencabut salah satu sifat-Nya Ar-Rahiim yang Allah tempatkan pada diri umi.” Aku tak kuat menahan semua itu, aku menangis sesegukan, nafasku tak lagi teratur, tangan dan kakiku lemas tak berdaya. “ ya udah bi, klo memang itu yang terbaik untuk kita saat ini teteh rela bersabar disini seraya terus berdo’a memohon pertolongan-Nya” kataku sembari mengusap air mata.
            Sepanjang itu aku terus menyendiri dan berdo’a memohon agar Allah mengubah jalan cerita-Nya, berharap kebahagiaan berkumpul bersama keluarga masih kami rasakan sebagaimana keluarga lainnya. Bayang-bayang wajah umi hadir di pelupuk mata, setiap bayangan itu muncul semakin deraslah linangan air mataku. Tak terbayang bagaimana  adik-adikku harus hidup tanpa kasih sayang seorang ibu (kami 12 bersaudara).
            Malam itu, aku merasakan capek dan ngantuk yang luar biasa. Mungkin karena tenagaku terforsir seharian oleh tangisan. Dalam tidurku berharap esok akan ada keajaiban yang menghampiri keluarga kami.
           (bersambung.......)

_Resolusi_

     Menjelang akhir tahun ini setiap orang pasti memiliki resolusi, ya memang resolusi ini dianggap penting apalagi pada moment-moment saat...