(Bagian II)
Kamis, 16 November 2017
Pagi itu
suasana hatikupun masih mendung, seluruh kegiatan ma’had kutinggalkan, mood ku
pun belum kembali seperti biasa. Siang itu, aku berangkat ke Solo, ke rumah
bulekku. Sebab, besok jam 09.00 kita start menuju cirebon, kampung halamanku.
Siang itu cuaca hujan gerimis, hatiku mendadak gerimis dibuatnya.
Alhamdulillah, ada tawaran mobil dari ustadz untuk ikut ke Solo karena
kebetulan ustadz ada kepentingan di Solo. Kami diantar sampai ke depan rumah, Masyaallah..
ini adalah anugerah-Mu ya Allah... kami tak perlu lagi hujan-hujan menunggu
mobil yang akan kami naiki, terlebih kamipun tak lagi mengeluarkan sepeser
uang. Sesampainya di rumah bulekku, aku beristrirahat sejenak hingga besokpun
tiba..
Aku
mendapatkan kabar gembira, bahwa umi sudah mengeluarkan bayinya tanpa harus
operasi. Subhanallah... ini adalah karunia terbesar-Mu Ya Allah yang Engkau
berikan pada keluarga kami yang lemah tak berdaya di hadapanMu. Bayi gagah itu
keluar dalam keadaan meninggal. Ya, meninggalkan dunia yang fana ini menuju
pangkuan Maha Rahiim. Adikku... ternyata Allah lebih menyayangimu agar tidak
hidup di dunia yang sudah rapuh dimamah usia, dunia alkhir zaman yang penuh
dengan fitnah, dunia yang sudah tidak indah lagi dirasa, justru seolah-olah
menjadi gubuk derita bagi siapa saja yang hidup dan berjalan jauh dari Cahaya
petunjuk-Nya. Selamat jalan adikku.. semoga engkau menjadi tabungan di akhirat
kelak dan menjadi salah satu penghalang dahsyatnya api neraka dan kita
sekeluarga.
Di tengah
perjalanan abi memberitahukan ku, bahwa adik bayi akan dikuburkan ba’da sholat
Jum’at. Aku memohon pada abi untuk tidak di kuburkan terlebih dahulu hingga aku
sampai ke rumah dan melihat adikku. Namun, abi tidak mengabulkan permohonanku
dengan pertimbangan bahwa adikku sudah terlalu lama terbujur kaku kurang lebih
4 hari di dalam kandungan umi. Perlahan lahan aku ikhlaskan meskipun hati ini
agak sulit menerima kenyataan, sebab perkiraan aku sampai ke sana ba’da
maghrib.
Sesampainya
di RSUD 45 KUNINGAN......
Aku bersama
keluarga bulekku segera mencari lokasi dimana umi dirawat. Sepanjang perjalanan
menuju ruang ICU hatiku sungguh merinding di buatnya. Ternyata ruang ICU itu
benar-benar berbeda dengan ruangan lainnya. Suasananya pun sangat berbeda
dirasakan, dan harus memasuki ke sebuah lorong di bagian atas. Benar-benar
kamar khusus dan jalan ikhtiar terakhir seorang manusia.
Ya,
dikamar ini aku menyaksikan betapa kerdilnya manusia di hadapan takdir Sang
Pencipta, betapa lemahnya ia yang hanya sanggup menguraikan air mata. Bahkan kehebatan
seorang dokterpun teruji di ruangan ini. Sungguh, dokterpun tak akan mampu
mengubah apa-apa yang sudah dikehendaki-Nya. Masyaallah... inikah hikmah dan
pelajaran yang dapat aku ambil atas ujian ini Ya Allah? Betapa dahsyat-Nya
setiap skenario-MU, betapa mendebarkannya setiap keputusan-keputusan-Mu.
Ya Allah,
kini kusemakin yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sangat terbatas. Makhluk
yang paling tidak layak untuk membanggakan dan menyombongkan diri sendiri. Makhluk
yang tidak pantas kehebatan yang dilakukannya dinisbatkan pada dirinya. Semuanya
adalah kehendak Allah Ta’ala, jika Allah menghendaki maka hanya mengatakan “Kun
Fa Yakuun” jadilah! Maka semua kehendak-Nya akan terjadi.
Selain makhluk
yang terbatas, tapi sifat asli manusia adalah makhluk yang suka melampaui
batas. Oleh karenanya Allah memberikan kita batasan-batasan Syari’at-Nya agar
kita tidak melanggar aturan-aturanNya, juga demi kemaslahatan kehidupan manusia
yang jarang sekali diantara kita menyadarinya. Allah juga memberikan kita Iman
yang ke enam, yaitu Iman Kepada Qadha (ketentuan) dan Qadar (takdir). Agar kita
tidak terlalu berambisi atas ikhtiar yang kita lakukan, bahwa ada Allah yang
mengatur semua-Nya. Seorang manusia hanya mampu berikhtiar, namun Allahlah yang
berwenang atas hasil ikhtiarnya. Namun, ikhtiar adalah jalan menuju Qadha
danQadarnya, tanpa ikhtiar itu apa yang kita kehendakipun tidak akan pernah
tercapai. Maka jangan pernah bosan untuk terus berikhtiar diiringi do’a dan
tawakkal billah, agar ikhtiar kita tidak sia-sia...
(Bersambung......)