Jumat, 19 Januari 2018

Mencintai Kebaikan




            Abu Hatim berkata: “ aku suka mengamati manusia, ternyata mereka mempunyai hal-hal yang sangat dicintai; kekayaan, integritas, keluarga, para pengikut setianya. Ternyata itu semua tidak akan mereka bawa kelak ketika ke alam kubur. Maka aku jadikan sesuatu yang paling aku cintai adalah kebaikan, sebab kebaikan akan menemaniku di alam kubur kelak”. (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin, hlm. 21)
           
Luar biasa, sebuah renungan yang begitu menggetarkan dan menyadarkan jiwa untuk kembali kepada apa-apa yang menjadikan sesuatu yang kita cintai kekal. Maka, tidak mengherankan jika para sahabat terdahulu, apabila mencintai sesuatu yang dimiliki-Nya, beliau serahkan kepada Allah, sebaik-baik penjaga. Karena seluruh apa yang kita miliki akan binasa kecuali apa-apa yang berada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
            Matematika Allah tidak akan pernah tercapai oleh akal manusia, sebab matematika Allah bukan akal sebagai tolak ukur, namun seberapa ikhlas kita melakukannya. Ketika kita bershodaqah, bukan seberapa besar nilai yang kita keluarkan, namun seberapa besar nilai keikhlasan yang ada dalam hati kita. sekali-kali jangan pernah beranggapan bahwa harta itulah yang menghantarkan kita ke Syurga-Nya, namun keikhlasanlah yang akan menilai pantaskah diri kita untuk masuk ke dalam Syurga-Nya.
            Saudaraku... jadikanlah kebaikan-kebaikan sebagai sesuatu yang sangat kita cintai, jagalah ia selalu dimanapun kita berada, jagalah nilai-nilai yang ada di dalamnya, jangan sampai kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan dengan sungguh-sungguh justru tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Ingatlah.. Hati adalah tempat yang paling di lihat Allah! Maka perhatikanlah hati tatkala kita melakukan kebaikan, jangan sampai amalan kita dirusak oleh apa-apa yang berada dalam hati kita.
            Cintailah kebaikan! Sebab kebaikanlah yang akan menemani kita kelak di Alam kubur. Semua yang kita cintai di dunia ini akan kita tinggalkan ketika kita mati. Bukankah ketika mati seseorang dikatakan telah “meninggal dunia”? ya, saat itu juga ia terputus oleh segala kenikmatan dunianya yang sebelumnya pernah ia rasakan dan nikmati. Saatnya ia mempertanggung jawabkan semua kenikmatan yang telah ia peroleh, apakah untuk keta’atan kepada Allah ataukah justru menambah kemaksiatan? Jika demikian adanya... maka segera koreksi kembali hati kita...
            Lalu, bagaimana agar kita selalu mencintai kebaikan dan kebaikan itu tetap terjaga? Ya, caranya adalah ketika ada kebaikan kita segera malaksanakannya dan rahasiakan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan agar lebih terjaga nilainya di sisi Allah. Jangan pernah menunda-nunda untuk berbuat baik, apalagi menganggap remeh suatu kebaikan. Tentunya Standart kebaikan disini adalah di mata Allah dan Rosul-Nya kemudian baru di mata manusia. Tetap Istiqomah dalam mencintai dan menjalankan kebaikan ikhwah fillah!
           

_Resolusi_

     Menjelang akhir tahun ini setiap orang pasti memiliki resolusi, ya memang resolusi ini dianggap penting apalagi pada moment-moment saat...